By the way,
saya menulis review ini sepuluh menit setelah selesai menonton filmnya di HBO
Hits. Saya memaksa untuk langsung menulis reviewnya, supaya perasaan “hangat”
yang masih terasa karena menonton film ini membuat saya mampu dengan lancar
mengalirkannya dalam bentuk tulisan.
Rated: R
PUNCH DRUNK LOVE (2002)
"I'm lookin' at your face and I just wanna smash it. I just wanna fuckin' smash it with a sledgehammer and squeeze it. You're so pretty."
RottenTomatoes: 79%
Metascore:
78/100
NikenBicaraFilm:
(4.5/5)
Rated: R
Genre:
Romance, Comedy, Drama
Directed by Paul
Thomas Anderson ; Produced by Paul Thomas Anderson, Daniel Lupi, Joanne Sellar
; Written by Paul Thomas Anderson ; Starring Adam Sandler, Emily Watson, Phillip Seymour Hoffman ; Music
by Jon Brion ; Cinematography Robert Elswit ; Editing by Leslie Jones ; Studio Revolution
Studios, New Line Cinema ; Distributed by Columbia Pictures ; Release date(s) November
1, 2002 ; Running time 95 minutes ; Country United States ; Language English
; Budget $25 million
Story / Cerita / Sinopsis :
Barry Egan
(Adam Sandler), tumbuh bersama 7 saudara perempuan yang kerap mengatur dan
mengejeknya. Rupanya hal ini membuatnya menjadi seorang pria labil yang tidak
percaya diri, introvert dan kesepian. Sampai kemudian akhirnya ia terpaksa
menelepon sex-call, hanya untuk kepengen mengobrol dengan orang yang bisa
diajaknya bicara. Dari sinilah kekacauan dimulai, ketika akhirnya gadis yang
ditelponnya ini berusaha memerasnya, dan membuat Barry kesulitan dalam memulai
hubungan percintaannya dengan Lena Leonard (Emily Watson).
Review / Resensi :
Saya
sebenarnya tidak terlalu familiar dengan karya-karya Paul Thomas Anderson
sebelumnya. Punch Drunk Love adalah film ketiganya setelah sebelumnya sukses
dengan Boogie Night (1997) dan Magnolia (1999) – dimana Magnolia sukses dengan ensemble
castnya, dan banyak orang menyebut di film inilah Tom Cruise berhasil menunjukkan
performa terbaiknya sebagai aktor. Dalam sepuluh tahun terakhir ini, Paul
Thomas Anderson juga sebenarnya tidak terlalu produktif, tercatat setelah Punch
Drunk Love ia baru membuat satu film, There Will Be Blood (2007) yang
dibintangi Daniel Day Lewis dan sukses meraih nominasi
Best Picture piala Oscar tahun 2007 (kalah dengan No Country for Old Men). Pertengahan September ini akan ada lagi film
terbarunya, The Master – dibintangi (lagi-lagi) Phillip Seymour Hoffman dan
Joaquin Phoenix, dan disebut-sebut akan menjadi kandidat kuat Oscar tahun depan
(2013). Jujur, Punch Drunk Love merupakan film pertama P.T. Anderson yang saya
tonton, and at the end of the movie, I’ve found myself totally in love with
this movie!
Kalau kamu
hanya mengingat Adam Sandler sebagai seorang komedian, maka Punch Drunk Love
merupakan pembuktian dirinya sebagai aktor yang bisa berakting serius dan
menyentuh. Boleh dibilang ini adalah true-performance for him as an actor.
Punch Drunk Love ibarat Eternal Sunshine of the Spotless Mind (2004) bagi Jim
Carrey. Memang, Punch Drunk Love tidak murni drama, masih ada sentuhan comedy
yang sedikit kelam dan sarkastik, namun Adam Sandler masih tetap membawakannya
dengan sangat luar biasa, terutama pada scenes yang bernuansa serius.
Penampilannya benar-benar intens, Adam Sandler bisa membawa saya untuk
menyelami ketidakstabilan perasaannya, how he must accept the humilitiation
from his sisters, dan mampu mencampuradukkan perasaan saya kala ia sedih,
frustasi, jatuh cinta, dan marah. Anyway, Adam Sandler meraih nominasi Golden
Globe untuk Best Actor berkat peran ini.
Dari segi
plot cerita, P.T. Anderson juga dengan sangat baik mampu membawa saya menyelami
kisah manis dan polos cinta Barry dan Lena (yang sebenarnya terjadi relatif instan).
Tidak ada adegan-adegan atau dialog yang terlalu romantis (baca: terlalu
gombal) memang, semuanya dibawakan dengan sangat sederhana, namun itulah yang
menjadikan Punch Drunk Love begitu cantik dan manis. Mampu membuaimu, justru
karena kesederhanaannya – atau keanehannya. Keanehan itu, kecanggungan itu,
justru membuat film ini terasa manis. Dan saya secara tidak sengaja menemukan
diri saya senyum-senyum sendiri sepanjang film. Punch Drunk Love memang adalah
drama romantis dengan sentuhan sedikit komedik, namun Paul Thomas Anderson
mampu membawakannya dengan cara yang berbeda. Which is, so cool and sweet.
Menonton Punch
Drunk Love memang tidak akan membuat tertawa terbahak-bahak, inti komedinya
memang sangat satir, saya seolah-olah diajak menertawakan hal-hal memalukan dan
menyedihkan yang sering terjadi pada hidup saya. Keanehan tokoh Barry terasa
sangat wajar, justru hal itu yang menjadikan Barry tampak begitu spesial.
Melihat apa yang Barry katakan dan lakukan mampu membuat saya teringat pada
banyak hal yang terjadi pada hidup saya (dan kamu mungkin merasakannya juga),
hal-hal memalukan yang ingin sekali kita hapus dari ingatan tapi orang-orang
terdekatmu merasa hal itu adalah lelucon yang harus diceritakan berulang-ulang.
Dan hal itu membuatmu ingin menghancurkan pintu. Itu memang sangat menyedihkan,
namun normal. Dialog cerdas ini tampaknya juga cukup menyentil: I don't know if
there is anything wrong because I don't know how other people are.
Yang paling
menyenangkan tentu saja selain itu semua adalah sinematografi yang sangat indah
untuk ditonton. Memang tidak ada properti atau scene pendukung yang indah
dengan sendirinya, namun menonton Punch Drunk Love seperti menyaksikan
potret-potret yang sangat cantik dan indah. Adegan Barry dan Lena yang
berciuman, dalam sebuah siluet, itu sangat menawan. Saya juga benar-benar
menyukai long take dengan moving camera yang dilakukan Paul Thomas Anderson
saat menunjukkan kacaunya pikiran Barry ketika bertubi-tubi cobaan datang
menimpanya: saudara perempuan yang memaksa dan mengaturnya, datang bersama
Lena, telepon dari para pemerasnya, serta kecelakaan di kantornya – that was genius!
Belum lagi music yang begitu weird, dengan bunyi-bunyian yang tidak biasa –
mulai dari orkestra hingga semacam bunyi-bunyian yang bisa jadi terdengar dari
basement studio Radiohead, that was so unique! Salut untuk Jon Brion di bagian
scoring music. Btw, mendengarkan scoring musik Punch Drunk Love membuat saya
memahami mengapa Paul Thomas Anderson mengajak gitaris Radiohead, Jonny
Greenwood di bagian scoring musik di film There Will Be Blood dan The Master.
Selera musiknya tampaknya memang seperti itu.
Overview:
Punch Drunk
Love adalah genre romantic-drama-comedy yang berbeda. Which is good, good,
good. Bagi penyuka drama romantis yang sedikit cheesy (baca : twilight saga)
mungkin akan merasa Punch Drunk Love bukan seleranya, namun kalau kamu bisa
memahaminya dalam perspektif yang berbeda, kamu akan merasa film ini begitu
indah. Paul Thomas Anderson juga mampu menyatukannya dalam banyak sisi:
sinematografi, plot, naskah, karakter, musik.. all! Punch Drunk Love
memvisualisasikan kenapa kamu ingin berdansa jika jatuh cinta. Adam Sandler
juga merupakan star of the show. Ini adalah show-nya yang menunjukkan bahwa
sebaiknya kamu tidak hanya mengenalnya sebagai komedian yang mengencani Drew
Barrymore di 50 First Dates.
suka banget ni film (walo ni film mungkin rangkingnya paling bwah dari karya PTA lainnya ^^)
BalasHapusnarasinya rumit tai sederhana,ngena bgd...apa ya...semacem aneh tapi ya emang kenyataannya begitulah kisah cinta di kehidupan nyata,,
and....ga nyangka Sandler bsa ngasih performance spti disini..(yg ga akan terjadi lgi,wkwkwk)
Hah, enak banget dapet HBO Hits...
BalasHapusKalau PT Anderson sih saya baru nonton Magnolia sama The Master, nanti saya bakalan cari nih There Will be Blood sama Punch-Drunk Love :D
Oh iya, koreksi nih, ini film keempatnya PTA, film pertamanya itu Hard Eight
BalasHapus