A Clockwork Orange (1971)

"I was cured, all right!"

RottenTomatoes: 90% | IMDb: 8,4/10 | Metacritic: 78/100 | NikenBicaraFilm: 4/5

Rated : R
Genre: Drama, Mystery & Suspense, Dystopia


Directed by Stanley Kubrick ; Produced by Stanley Kubrick ; Screenplay by Stanley Kubrick ; Based on A Clockwork Orange by Anthony Burgess ; Starring Malcolm McDowell, Patrick Magee, Adrienne Corri, Miriam Karlin ; Music by Walter Carlos ; Cinematography John Alcott ; Edited by Bill Butler ; Production companies Polaris Productions, Hawk Films ; Distributed by Warner Bros. (United States), Columbia-Warner Distributors (United Kingdom) ; Release dates 19 December 1971 (New York City), 13 January 1972 (United Kingdom), 2 February 1972 (United States) ; Running time 136 minutes ; Country United Kingdom, United States ; Language English, Nadsat ; Budget $2.2 million

Story / Cerita / Sinopsis :
In a near future, Alex (Malcolm McDowell) menjadi pemimpin geng berandalan yang melakukan berbagai aksi kriminal yang disebutnya ultra-violence, hingga suatu saat dirinya ditangkap oleh polisi. Demi bisa keluar penjara dengan cepat, Alex lalu bersedia mengikuti pengobatan yang disebut Ludovico Technique untuk mengubahnya menjadi manusia yang lebih baik.

Review / Resensi :
A Clockwork Orange dibuka dengan close-up wajah Malcolm McDowell sebagai Alex yang begitu ikonik - dengan topi fedora dan bulu mata palsu yang hanya terpasang di satu mata (ini sengaja, bukan satunya lupa masang). Kamera kemudian bergerak mundur memperlihatkan bahwa Alex bersama tiga rekan gang-nya (yang disebutnya droogs), di sebuah bar dimana furniture-nya adalah patung tubuh-tubuh perempuan telanjang, yang sebenarnya terasa agak ofensif bagi para perempuan. Ini adalah sebuah opening yang sudah cukup kontroversial mengingat A Clockwork Orange dirilis pada tahun 1971. 

Biarpun Alex dan ketiga temannya berdandan mengenakan pakaian putih-putih dan rambut ala The Beatles, mereka jelas bukan anggota band saingan Pink Floyd, tapi mereka adalah gank berandal yang doyan berbuat kriminal : menghajar hobo, bertengkar dengan anggota genk lain, hingga melakukan pemerkosaan. Cerita lalu bergulir ketika suatu kali setelah melakukan aksi kejahatan, Alex ditangkap oleh polisi. Di penjara ia kemudian bersedia menjadi eksperimen percobaan pemerintah yang disebut Ludovico Technique - yang intinya berusaha mengubah perilaku manusia dari jahat menjadi baik lewat serangkaian eksperimen yang aneh. Apakah eksperimen itu berhasil? dan bagaimana pengaruhnya terhadap kejiwaan Alex? Itulah yang kemudian menjadi inti cerita dari film yang disutradari oleh Stanley Kubrick ini dan diangkat dari novel karangan Anthony Burgees.

Sebelumnya, saya mau bicara dulu mengenai opini saya menonton film lama. Buat saya, ada perjuangan tersendiri kala menonton film-film lama (utamanya film yang diproduksi sebelum tahun 90-an), karena membandingkannya dengan film-film saat ini yang jauh lebih modern, film lama terasa agak kaku, awkward, dan aneh. Contohnya saja ketika akhirnya saya nonton film pertama Mad Max punya George Miller yang dirilis tahun 1979, yang terasa sangat kuno jika dibandingkan Mad Max : Fury Road (2015). Ada kecanggungan juga pada akting (mungkin juga disebabkan teknik film yang masih sederhana), sebagaimana yang saya lihat pada film-film klasik macam film Alfred Hitchcock, Chinatown-nya Roman Polanski, hingga Blue Velvet-nya David Lynch (beberapa contoh film lama yang udah saya jamah). Jadi, menonton film lama harus bisa melepas kacamata kekinian saya, and it's quite hard for me. Dan inilah yang kemudian saya rasakan kala menonton A Clockwork Orange - dimana buat saya aktingnya agak teatrikal, dan sulit untuk menontonnya dengan penuh kesungguhan hati bahwa saya akan menyukainya (saya banyak ketawa malah, padahal harusnya film ini kan bikin ngeri). Jadi, meresensi film ini agak-agak susah, karena saya harus bisa memberikan opini dengan obyektif, dan itu meliputi saya harus bisa meninjau A Clockwork Orange berdasarkan sejarah dan situasi sosial kultur yang ada saat itu. *Tsaahh.. susah amat ya.

Bicara mengenai A Clockwork Orange, maka tidak bisa jika tidak membicarakan kontroversi yang ada. A Clockwork Orange boleh disebut salah satu dari contoh film-film yang mengawali pendobrakan ketabuan (utamanya soal adegan seks dan kekerasan) pada awal 70-an, sebagaimana film-film lain seperti Bonnie & Clyde hingga Last Tango in Paris. Kontroversi A Clockwork Orange tentu saja karena filmnya menampilkan tubuh perempuan telanjang, adegan pemerkosaan yang sensasional - yang mengubah image lagu ceria I'm Singin in The Rain menjadi lagu creepy, hingga adegan saat mata Alex harus dibuka dengan paksa saat menjalani Ludovico Technique (yang kabarnya kornea mata sang aktor sampai terluka). A Clockwork Orange juga disebut-sebut menginspirasi sebuah aksi kriminal di Inggris, hingga pada tahun 1973 Stanley Kubrick melarang sendiri filmnya untuk beredar di Inggris - hingga kemudian film ini baru ada pada tahun 2000 saat sang sutradara sudah meninggal. Apakah memang A Clockwork Orange sedemikian kontroversinya? Mungkin pada era itu memang iya, tapi jika dibandingkan film-film saat ini maka sebenarnya A Clockwork Orange nggak rusuh-rusuh amat.

Diangkat dari novel karangan Anthony Brugess, boleh dibilang A Clockwork Orange adalah film Stanley Kubrick yang paling setia dengan sumber aslinya. Bahkan tokoh Alex di film digambarkan menggunakan bahasa Inggris yang bercampur dengan slang Nasdat, macam slang yang dikarang sendiri oleh Brugess yang mencampur bahasa Inggris dengan bahasa Rusia. Hal ini lah yang bikin saya agak susah - susah paham dengan yang dibicarakan Alex sebagai narator utamanya. Secara keseluruhan plot film juga sedikit banyak sama dengan versi aslinya, kecuali pada bagian endingnya. Permasalahan akting yang agak lebay dan teknik pengambilan gambar yang masih kuno memang agak mengganggu buat saya, tapi sejatinya Stanley Kubrick bisa membawakan A Clockwork Orange menjadi sebuah vioence movie dengan sentuhan artistik dan stylish. Retro, but it's authentic. 

Buat saya, satu tema besar yang menjadi pertanyaan yang ingin disampaikan Anthony Brugess lewat A Clockwork Orange adalah apakah perilaku seseorang bisa dibentuk sedemikian rupa, oleh sebuah teknologi dalam hal ini Ludovico Technique? Sebuah pertanyaan yang didasarkan oleh teori behaviorism, sebuah teori psikologi yang melihat manusia sebagai entitas yang perilakunya bisa dibentuk. Teori ini agaknya menjadi kritikan karena mengibaratkan manusia hanya didorong oleh rangsangan luar, tanpa memiliki jiwa. Jikapun demikian, maka bagaimana jika teknologi perubahan perilaku tersebut benar-benar ada dan benar-benar bisa, kemudian dimanfaatkan oleh orang yang berkuasa? Menjadikan manusia sebagai robot yang bisa dikendalikan? Dan hal inilah yang kemudian ditunjukkan oleh Alex yang menjadi "duta" pencitraan program pemerintah - dimana dirinya dimanfaatkan secara politis baik oleh pemerintah maupun pihak oposisi yang ingin menjatuhkan. 

Sebagaimana yang disampaikan Stanley Kubrick di Saturday Review mengenai filmnya: 
"...a social satire dealing with the question of whether behavioural psychology and psychological conditioning are dangerous new weapons for a totalitarian government to use to impose vast controls on its citizens and turn them into little more than robots,". 
Tema tersebut memang menjadi sebuah tema yang menarik, namun bagi saya sendiri film A Clockwork Orange kurang dalam menggali itu semua. Mungkin karena tema itu baru disampaikan saat pertengahan film, sehingga bagian awalnya terasa agak membuang-buang waktu.

*spoiler alerts* Selain itu, saya merasa ada ambiguitas personal Alex setelah dianggap berhasil "dicuci-otak" menjadi orang yang "baik". Yeah, ia memang tidak melawan kala dihajar habis-habisan oleh para hobo dan bekas partnernya, namun sampai akhir saya masih mengira bahwa Alex masih orang yang sama, hanya saja ia bisa mengendalikan nafsu kekerasannya. Ludovico Technique memang menjadikannya punya moral yang lebih baik, namun juga menyisakan efek trauma yang menyakitkan. But am I feel sorry about him? Not at all! He is still insane, and I think he deserve what he get at the end. Dan saya agak tidak bisa paham, apakah itu yang Kubrick inginkan dari studi karakter Alex? Ataukah harusnya saya merasa simpati terhadap nasib sial yang menimpa Alex? Satu lagi yang cukup menarik untuk dibahas sebenarnya adalah subyektivitas kita terhadap penilaian moral seseorang. Alex digambarkan memang sosiopat dan true evil, namun bukan berarti ia sendiri yang tidak bermoral. Bagaimana dengan teman-teman Alex yang sama jahatnya? Dokter dan suster yang berbuat mesum di rumah sakit? Perdana menteri dan penulis yang memanfaatkan Alex untuk kepentingan mereka sendiri? That is the moral dilemma. 

Overview:
Sebagai film lama, maka buat saya pribadi agak susah untuk memahami dan menikmati A Clockwork Orange. Walaupun aktingnya memang agak berlebihan dan teknis filmnya memang sangat lawas, namun harus diakui desain produksi A Clockwork Orange sebenarnya sangat artsy - menjadikan A Clockwork Orange sebagai sebuah timeless violence movie yang berkelas. Fokus utama A Clockwork Orange sebagai sebuah film satir mengenai pengubahan sifat manusia adalah tema yang akan menjadi diskusi menarik di kelas filsafat, namun bagi saya sendiri film ini sendiri kurang baik dalam menggali dan menyajikan itu semua ke penonton. People said that A Clockwork Orange is Kubrick's masterpiece, mungkin memang iya, tapi yang jelas ini bukan film Kubrick favorit saya. 

Komentar

  1. Duh kak, baca reviewnya aja udah puyeng hehe. Definitely not my cup of tea :p

    BalasHapus
  2. Sebagai penikmat film kekinian, film lawas macam ini memang butuh pikiran ekstra untuk sekedar memahaminya. Terima kasih atas review-nya.

    BalasHapus
  3. Kl menurut saya, akting mereka gak berlebihan. Mereka bisa menginterpretasikan peran mereka dgn natural. Hal ini jarang ditemui pada aktor dan aktris sekarang2 ini. Makasih atas review-nya.

    Salam Penikmat Film :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya saya juga setuju dengan opini sodara, menurut saya pun juga sama karna pendalamannya itu yang bikin saya suka sama filmnya, ruang lingkup dalam filmnyab itu pun juga rasanya beda beda gimana gitu, ,dengan beberapa oseseorang atau para orang - orang yang berakting dengan kenaturalannya yang arogannya membuat saya untuk menambahkan kata -siasi dalam kalimatnya. Apalagi karkterisasinya pokoknya debest lah buat filmnya. 🙄

      Hapus
  4. Seperti biasa, tulisan dan review mba niken bagus sekali. Tapi, aktingnya menurutku ga berlebihan, malah bagus banget dan nyampe maksudnya. Especially aktingnya Alex..

    BalasHapus
  5. Seperti biasa, tulisan dan review mba niken bagus sekali. Tapi, aktingnya menurutku ga berlebihan, malah bagus banget dan nyampe maksudnya. Especially aktingnya Alex..

    BalasHapus
  6. Reviewnya boleh sih karena setiap orang punya pendapat sendiri, tapi menurut saya masalah pengambilan gambarnya yg di bilang kurang bagus mungkin saya kurang setuju jarang di temukan skrng sosok seperti Stanley, perpaduan gambar dan sinematografinya dalam film ini sangat bagus sekali, seperti yang alex katakan dalam film, "saya tahu gambar-gambar yang bagus" , kemudian alur ceritanya kalau tidak di perhatikan baik-baik memang agak susah ngertinya karena bagi saya film ini dan bukunya sebagai sebuah seni penggambaran bagaimana kehidupan seorang yg di paksa oleh pemerintah untuk terus menerus berputar dan di kontrol mereka hingga sosok alex sendiri dalam film ini tak bisa berbuat apa-apa dan keadaan psikologi nya yg sudah terganggu plot akhir film ini saya rasa bisa menggambarkan itu..mengenai akting saya kurang setuju dengan anda karena akting yang di tampilkan sangat jenius apalagi sosok alexnya menunjukkan bagaimana psikologinya sebagai orang yg suka berantam dan akhirnya menjadi terganggu jiwanya karena uji coba yg dilakukan pemerintah...

    BalasHapus
  7. classic movie memang rata2x seperti itu tehniknya pada saat pengambilan adegan

    BalasHapus

Posting Komentar

Your comment is always important to me. Share di sini!