Short Review : San Andreas (2015) (2,5/5)

Mengawali postingan tahun 2015 2016 ini, saya memperkenalkan pola resensi yang baru: short review. Short review ini agak beda dengan quick review. Kalo quick review semacam postingan random beberapa film, yang resensinya dirangkai dalam 1 paragraf singkat, maka short review ini berupa resensi 1 film, agak panjang dikit, tapi pendekan daripada review standar. Kenapa short review? ya soalnya males juga kalo maksain diri selalu nulis panjang-panjang... 


Directed by: Brad Peyton
Starring: Dwayne Johnson, Carla Gugino, Alexandra Daddario, Ioan Gruffudd, Archie Panjabi, Paul Giamatti
Rated: PG-13
Genre: Action & Adventure

San Andreas intinya bercerita tentang Ray (Dwayne "The Rock" Johnson), anggota senior SAR Los Angeles yang harus menyelamatkan keluarganya dari bencana gempa bumi yang melanda pantai barat Amerika. Kisah bencana alam selalu punya daya tarik sebagai popcorn movie yang menyenangkan untuk ditonton, karena ceritanya yang cenderung ringan dengan efek super canggih dari para ahli-ahli Hollywood dalam menampilkan bencana maha dahsyat di layar bioskop. Tapi penyakit film ini kurang lebih sama: sebuah cerita yang klise, yang cuma mengandalkan kekuatan aspek teknis belaka. Sebut saja film-film khas Roland Emerich: The Day After Tomorrow (2006) dan 2012 (2012). Dan demikian jugalah yang terjadi pada San Andreas.

San Andreas sama sekali tidak berusaha meninggalkan pakem-pakem film sejenis. Sebuah aksi heroik (yang kelewat hebat macam superheroes) dari sang tokoh utama dalam menyelamatkan keluarganya. Hanya menarik dari aspek visual dan teknis (gempa menghancurkan gedung-gedung, jembatan, dan bendungan Hoover - setelah itu tsunami tiba menenggelamkan daratan), secara plot cerita San Andreas sangat membosankan dan bikin males. Tidak ada yang menarik dari karakter Ray (ya ya ya, ia tokoh bapak yang sangat menyayangi anak perempuannya, dan mendamba balikan lagi sama mantan istrinya). Sisipan romance dan family story-nya juga sama sekali tidak membantu, malah bikin nyinyir. Ending ceritanya pun sangat bisa ditebak dan terlalu memuaskan banyak penonton awam sehingga berkesan too good to be true. Adanya subplot seorang ilmuwan (diperankan Paul Giammatti) juga jadi subplot yang tidak menyatu dengan inti cerita.

Well, pada akhirnya San Andreas hanya menyenangkanmu dari segi visual, namun selebihnya film ini membuang-buang waktu. Film-film macam begini ini udah banyak lho, kenapa sih nggak coba ambil sudut padang cerita yang berbeda? Supaya departemen efek ga susah-susah bikin kota hancur tapi ujung-ujungnya film jadi gampang dilupain karena cerita yang monoton...

Komentar