Paterson (2016) (4,5/5)

"A bus driver in Paterson? It's very poetic..." 
RottenTomatoes: 92% | IMDb: 7,5/10 | Metascore: 90/100 | NikenBicaraFilm: 4,5/5

Rated: R
Genre: Comedy, Drama, Romance

Directed by Jim Jarmusch ; Produced by Joshua Astrachan, Carter Logan ; Written by Jim Jarmusch ; Starring Adam Driver, Golshifteh Farahani, Barry Shabaka, Henley Cliff, Smith Chasten, Harmon William, Jackson Harper, Masatoshi Nagase ; Music by Carter Logan ; Cinematography Frederick Elmes ; Edited by Affonso Gonçalves ; Production companies K5 International, Le Pacte Animal Kingdom, Inkjet Productions Distributed by Amazon Studios Bleecker Street Le Pacte, K5 International ; Release date May 16, 2016 (Cannes), December 28, 2016 (United States) ; Running time 118 minutes ; Country United States, Germany, France ; Language English ; Budget $5 million

Story / Cerita / Sinopsis:
Bercerita tentang kehidupan satu minggu seorang pengemudi bis bernama Paterson (Adam Driver) di kota Paterson, New Jersey yang suka menulis puisi di waktu senggangnya.

Review / Resensi
Jika berbicara dalam kerangka berpikir "nyinyir", saya akan bilang bahwa Paterson merupakan film mengenai satu minggu kehidupan seorang bus driver yang membosankan, di kota yang juga membosankan. So, bagi kebanyakan orang, film ini tipikal film yang bikin ngantuk. Apalagi durasinya hampir dua jam. Paterson tidak punya konflik yang kuat dan intens, tidak ada cerita yang istimewa dan luar biasa. Asli nih film cuma tentang repetisi ordinary life from ordinary man, dimana si ordinary man ini juga karakternya lempeng dan membosankan. Satu-satunya yang menarik dari hidup Paterson mungkin adalah kenyataan dia bernama sama dengan kota yang ditinggalinya, dan betapa beruntungnya dia punya istri yang cantik dan menyenangkan.

But oh my God... this movie is so beautiful. Dan habis nonton saya langsung baper. 

Disutradarai dan naskahnya dikerjakan Jim Jarmusch (maaf yak saya belom pernah nonton film-filmnya yang lain), Paterson is like poetry about / for everyone. Ceritanya terlampau sederhana, namun saya jamin kehidupan Paterson mewakili sebagian besar kehidupan orang. It's so relatable. Kalo hidup saya yang membosankan ini dibikin film, paling ya jadinya kayak Paterson ini. Tapi justru kesederhanaan dan betapa "biasa"-nya film ini yang membuat Paterson begitu indah dan menawan. Film ini kayak pengen bilang bahwa kebahagiaan dan keindahan itu, atau bahkan inspirasi puisimu, bisa kamu temukan dari mana saja, dari hal-hal kecil dan remeh. Seperti quote pada trailer filmnya: 
Beauty is often found, in the smallest details. 
Paterson bukanlah karakter yang istimewa, hidupnya juga begitu-begitu saja, dan ia hanya bus driver yang hobi menulis puisi untuk kenikmatan dirinya sendiri sendiri. Selama 1 minggu kita diajak mengikuti rutinitas kehidupan Paterson: bangun pagi, berjalan kaki berangkat kerja, menyetir bis sampai sore hari, menulis puisi di kala senggang, bercanda dengan istri di malam hari, lalu ngajak jalan-jalan anjingnya dan mampir ke bar lokal. Paterson mungkin orang paling membosankan di dunia, but he is a good observer. Ia mengamati detail-detail kehidupan lain dari orang-orang di sekitarnya. Adegan ketika Paterson "nguping" pembicaraan penumpang lainnya seperti mengingatkan saya akan momen-momen kecil ketika saya tidak sengaja menguping pembicaraan biasa tapi menarik dari orang lain kala di angkot atau kereta. Interaksi Paterson dengan orang-orang sekitarnya juga membuat saya teringat dengan interaksi "sederhana" yang saya lakukan dengan orang-orang sekitar, entah itu sekedar basa-basi atau mendengar gosip yang seru. A simple moment, but sometimes it could be meaningful.

Lalu, yang bikin saya baper adalah kehidupan sederhana Paterson dengan Laura, istrinya. Banyak orang mungkin memimpikan punya keluarga ambisius yang kaya dan sukses, but Paterson's life with his wife is all I want. It's like my relationship goals: hidup sederhana tapi kreatif, serta saling support untuk hal-hal "biasa" yang mungkin bisa jadi disepelekan banyak orang (ya kalik hobi nulis puisi itu kan "aneh" banget, tapi istrinya bisa suportif banget dan merasa bahwa puisi-puisi Paterson itu indah. Demikian juga dengan Paterson yang selalu mendukung mimpi "muluk-muluk" sang istri untuk jadi country singer dan bisnis cupcake). Setiap orang punya definisi surga dan kebahagiaan sendiri-sendiri, dan saya merasa bahwa kehidupan semacam inilah yang saya sebut cukup dan bahagia. Saya nggak butuh 72 bidadara, kolam susu dan sungai madu, bagi saya surga adalah bisa ngumpul sama keluarga dan bisa bebas ngelakuin hobi. It's good enough for me.  

Adam Driver playin' so good as Paterson. Gesturnya, tawa pendeknya, bahkan ekspresi "lempeng"nya... ia membuat Paterson terasa nyata. Suara berat dan seksi Adam Driver juga begitu nyaman didengarkan (semacam voiceover oleh Morgan Freeman yang legendaris). Chemistry-nya dengan Laura yang diperankan oleh Golshifteh Faharani (namanya susah amat yak) juga terasa real dan uwuwuwu so sweet banget. Saya juga menyukai sinematografi oleh Frederik Elmes yang cantik dari pengambilan gambar sudut-sudut kota Paterson dengan scoring music yang bikin damai dari Carter Logan. Saya juga menyukai barisan puisi yang kala Paterson mengarang kalimat demi kalimat untuk puisinya. Terasa intim. indah, emosional, dan melankolis. Habis nonton film ini saya merasa ingin buru-buru ambil notes dan ngarang puisi... but well my poem is gonna be a silly with no rhyme. Zzzzz... 

Overview:
Simple, but also a poetic. Paterson seperti sebuah kontemplasi filosofis dan puitis dari sebuah kehidupan sederhana sebagian besar orang. Entah bagaimana Jim Jarmursch bisa menghadirkan film dengan storyline yang sangat biasa-biasa saja menjadi sebuah film yang dalam dan bermakna. Pretty segmented, sebagian besar orang akan bilang bahwa Paterson ini membosankan luar biasa, namun bagi saya yang super melankolis ini, Paterson adalah film yang begitu indah. Paterson, seperti yang mungkin akan dikatakan oleh para Surealis: "the marvelous in the everyday,".

Komentar

  1. dari mata kritikus di RT atau metascore aja nilai mba niken sdh membuktikan bahwa selera mba niken sm dgn selera kritikus, artinya hanya orang2 yg mengerti mau memaknai film yg so boring ini (atau film keren lainnya dimata kritikus tp dimata penonton awam jelek).

    Sementara penonton awam? saya jadi kasihan, kok pada ga mau ada perubahan ya utk nonton film yg lebih berkualitas sedikit aja, ketimbang nonton popcorn movie semacam FF8 yg meh abis itu setelah itu udah pasti dilupain gitu aja... it's okay selera memang beda, tp masa pola pikirnya ga mau sedikit terbuka & melihat hal2 yg lebih berwarna ketimbang nonton film yg ala2 begitu yg ga ada pesan moral atau gak ada makna sama sekali...
    ah ya sudahlah ya...

    anyway, great review mba. Thank God, Dia menciptakan orang kayak mba niken ini, semakin banyak saya baca review mba niken, rasanya otak & pikiran saya makin "berisi" bahwa nonton film bukan sekedar nonton aja, tp harus membaca pesan yg tersembunyi atau makna yg disampaikan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thankyou.. your comment make my day! Haha.. *haus pujian* *biarlah*

      Sebenarnya emang semua masalah selera aja sih. FF8 bukan tipikal film favorit saya, jadi ga pernah nonton. Kebetulan aja saya suka film2 yang kata kritikus bagus. Tapi ya ga semua juga... film-film arthouse atau surealis saya ga suka. Dan film-film romantis picisan atau komedi sampah Adam Sandler adalah guilty pleasure buat saya.

      so, semuanya soal selera wahahaha...

      Hapus
  2. rupanya bukan saya aja yg iri dengan hubungan paterson dan istrinya disini :D

    BalasHapus
  3. Kalo buat saya, Paterson ini semacam ode buat New York. Kota ter-boring yg sekaligus juga jadi kota terpuitis. Banyak banget poet asli New York yg awalnya kelas pekerja kayak si Paterson ini. Setiap nonton film ini, rasanya kayak masuk ke konteks puisi-puisi NY era Beat Generation dan sebelumnya.
    Kalo boleh bilang, Jarmusch ini mau bikin puisi tentang NY juga, cuman dia bikin puisi visual bgt. Saya akui emang kalo sutradara ini multi-talent bgt. Range tema yg dia filmkan luas~

    BalasHapus
  4. Saya baru beberapa waktu yang lalu nonton film Paterson. Pada awalnya terasa membosankan. Namun, ketika melihat banyak sekali tanda yang digambarkan melalui orang-orang yang kembar, saya baru sadar di ¼ awal film bahwa cerita ini akan dibuat se-flat itu. Orang-orang kembar dalam film saya maknai sebagai suatu kesamaan, kemiripan, dan sebagai sesuatu yang monoton. Begitupun dengan cerita yang monoton sepanjang film. Namun ini merupakan sebuah film yang bagi saya bagus karena sedikitnya membuat kita sadar bahwa setinggi apapun mimpi kita, pada akhirnya mayoritas orang akan terjebak dalam rutinitas sehari-hari yang gitu-gitu aja. Pergi pagi untuk bekerja, pulang malam untuk mencari sedikit kesenangan setelah lelah bekerja. Namun perbedaannya adalah Paterson masih sempat untuk meluangkan waktu mengobrol dan mendengarkan istrinya, Laura, menceritakan tentang mimpi-mimpinya menjadi seorang musisi dan pebisnis yang sukses.

    Siapa tau mbaknya masih aktif untuk menulis(karena saya baru kali ini membuka dan membaca tulisan mbaknya), bisa sharing dong film-film lain yang menurut mbaknya keren.

    Thanks.❣

    BalasHapus

Posting Komentar

Your comment is always important to me. Share di sini!